MALANG, KOMPAS.com - Hujan abu vulkanik akibat awan panas guguran yang keluar dari kawah Gunung Semeru, Jawa Timur sudah berhenti, Minggu (17/1/2021).
Warga yang terdampak secara mandiri sudah membersihkan bekas hujan abu tersebut.
"Masyarakat melakukan pembersihan secara mandiri terhadap debu yang ada di sekitar mereka. Di rumah-rumah maupun di sawah," kata Bupati Lumajang, Thoriqul Haq melalui sambungan telepon, Minggu malam.
Thoriq mengatakan, tidak semua daerah di lereng Gunung Semeru terdampak hujan abu vulkanik.
Sebab, awan panas guguran yang membumbung hanya mengarah ke utara.
"Per tadi malam sejak awan panas guguran terjadi, masyarakat di sekitar lereng Gunung Semeru ada yang terdampak, ada yang tidak. Jadi yang pas di bawahnya itu Kecamatan Senduro dan Pronojiwo, sebagian besar tidak terdampak hujan abu," kata Thoriq.
"Tetapi ada beberapa desa di Pasrujambe, sebagian Senduro, hingga ke perbatasan Probolinggo, itu terdampak abu dari awan panas guguran karena anginnya mengarah ke utara," katanya menambahkan.
Baca juga: Gunung Semeru Erupsi, Awan Panas Guguran Terjadi Sejak 1 Januari
Hujan abu melanda beberapa wilayah hingga pukul 04.00 WIB.
Waspadai lahar dingin
Thoriq mengatakan, yang perlu diwaspadai dari terjadinya awan panas guguran itu adalah potensi lahar dingin.
Baca juga: Tenda Terbatas, Puluhan Pengungsi Gempa Sulbar Terpaksa Tinggal di Kandang Ayam
Sebab, awan panas guguran yang meluncur ke bawah itu menyisakan material vulkanik.
Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, material itu akan hanyut bersama air hujan yang membawanya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.